Menurunkan AKI dan AKB
Jumat, 21 Oktober 2016
Cara Mudah Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
dan bayi baru lahir sebagai salah satu indikator kunci di dalam target
pencapaian pembangunan berkelanjutan, merupakan upaya yang sangat berat
dan hingga kini masih belum memenuhi harapan kita semua. Berbagai upaya
sudah dilakukan, sejumlah dana juga sudah digelontorkan, semua potensi
dikerahkan, namun tetap saja target yang ditetapkan tidak kunjung
tercapai. Tampaknya masalah nasional ini memerlukan kajian ulang dan
mendalam, untuk mempelajari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
kasus kematian ibu hamil-melahirkan dan bayi tidak bisa diturunkan
secara bermakna. Sekaligus mencari peluang kekuatan apa saja yang ada
dimasyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk mempercepat proses penurunan
angka kematian tersebut.
Siklus Hidup Manusia
Masyarakat
memiliki seperangkat nilai budaya sebagai acuan bertindak dan
berinteraksi dengan sesama manusia, lingkungan alam dan pemilik kekuatan
spiritual. Kelahiran bagi masyarakat di perdesaan dan perkotaan
merupakan bagian dari siklus kehidupan yang selalu menjadi peristiwa
yang sangat penting. Siklus kehidupan yang dikenal oleh suku bangsa di
Indonesia biasa disebut sebagai tahap-tahap kehidupan. Tahapannya
dimulai dari kelahiran, lepasnya tali pusat bayi, bayi mulai bisa
berjalan atau turun ke tanah, anak laki-laki disunat, menstruasi pertama
untuk anak perempuan, pertunangan, perkawinan, kehamilan dan kematian,
demikian seterusnya siklus itu seperti layaknya roda berputar. Ada suku
bangsa yang lebih detail lagi melakukan ritual sebagai tanda dalam
setiap tahapan peralihan kehidupan manusia. Masing-masing suku bangsa
bisa berbeda-beda dalam membuat tanda bagi peralihan pada siklus hidup
manusia.
Namun secara garis besar, paling tidak
ada empat tahap peralihan di dalam siklus kehidupan manusia yang berada
pada situasi yang sangat kritis secara sosial maupun kritis secara
biologis. Tahapan itu adalah : perkawinan, kehamilan, kelahiran dan
berakhir kematian. Kelahiran dianggap penting karena pada saat itu ada
risiko kematian bagi si ibu dan si bayi. Itulah sebabnya masyarakat
selalu memberi perhatian besar pada peristiwa kelahiran. Pada dasarnya
keluarga dan masyarakat mengharapkan si ibu dan si bayi semuanya sehat
dan selamat. Bentuk perhatian terhadap proses kelahiran dan bayi yang
baru dilahirkan diwujudkan dalam bentuk upacara-upacara yang beragam.
Budaya yang masih hidup dan tumbuh di
masyarakat dalam konteks pembangunan merupakan modal sosial yang tidak
ternilai harganya. Karena bisa dioptimalkan untuk menunjang program
pembangunan termasuk pembangunan kesehatan. Namun ada juga budaya yang
menurut kacamata aparatus kesehatan justru membahayakan atau berisiko
menimbulkan kematian atau kesakitan. Contohnya : memotong tali pusat
dengan bilah bambu. Atau memberi makanan yang dilumatkan oleh mulut
seorang nenek kepada bayi. Atau membiarkan ibu bekerja di ladang
meskipun usia kehamilannya sudah mendekati kelahiran.
Oleh sebab itu maka harus dilakukan
kajian terhadap budaya masyarakat yang mampu melindungi ibu
hamil-melahirkan dan bayi dari ancaman kematian serta yang bisa
membahayakan kesehatan ibu dan anak.
Unsur Budaya
Seperangkat
unsur budaya yang dominan yang menjadi latar belakang tinggi atau
rendahnya kematian ibu dan bayi di suatu daerah, sebagai berikut :
Sistem Kepercayaan | seluruh aspek yang berkaitan dengan kepercayaan atau agama. |
Sistem Pengetahuan | kemampuan masyarakat yang diperoleh melalui proses belajar dari keluarga dan tradisi, termasuk yang berkaitan dengan perawatan dan pengobatan bagi ibu hami dan bayi. |
Sistem Kekerabatan | organisasi sosial yang sudah diwariskan turun temurun dan masih berlaku hingga kini, termasuk didalamnya mengenai aturan perkawinan. |
Sistem Matapencaharian | cara masyarakat mendapatkan sumber pangan diantaranya pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kerajinan, dan sebagainya |
Kaitan keempat unsur tersebut dengan
penyebab kematian ibu dan bayi contohnya di sistem kepercayaan, bahwa
kematian ibu yang melahirkan disebabkan karena mengalami kesulitan
bersalin, diyakini karena ada roh jahat yang menghalangi jalan lahir.
Atau bayi yang meninggal karena batuk berdarah karena ada orang yang
mengirim guna-guna. Ada juga kepercayaan bahwa kematian adalah takdir
yang tidak bisa ditolak, karena Tuhan telah berkehendak.
Sistem pengetahuan
juga mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam menyimpulkan penyebab
kematian. Misalnya bayi meninggal karena panas, artinya terjadi
ketidakseimbangan suhu tubuh. Maka untuk menyeimbangkan perlu diberi air
dingin dan diberi air panas jika suhu bayi dingin. Pengetahuan ini
mempengaruhi cara pengobatan dan perawatan bagi bayi atau ibu hamil yang
berisiko.
Seringkali kita
mendengar bahwa keputusan untuk memilih layanan kesehatan untuk
pemeriksaan kehamilan dan persalinan sangat tergantung kepada sistem
kekerabatan yang mengacu kepada tata aturan di dalam keluarga tentang
siapa yang berwenang mengambil keputusan. Demikian dominannya pengambil
keputusan di dalam keluarga, sehingga persoalan krisispun harus meminta
restu kepada yang berwenang itu. Proses pengambilan keputusan yang
paternalistik ini seringkali memperlambat penanganan ibu dan bayi yang
menghadapi risiko kematian, sehingga terjadilah yang dikenal dengan
terlambat mendapatkan penanganan kegawatdaruratan kehamilan atau
persalinan.
Disamping itu sistem matapencaharian
juga mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Asupan gizi yang dikonsumsi
setiap hari oleh ibu hamil atau bayi, tergantung kepada sumber pangan
yang tersedia dan pola makan pada masyarakat tersebut. Keterbatasan
sumber pangan dan pola makan yang tidak bergizi, sering menjadi masalah
laten yang mengancam ketika masa kehamilan yang dikenal dalam dunia
medis sebagai kekurangan energy kronis (KEK). Pengaruh sistem
matapencaharian terhadap sumber pangan dan pola makan bayi juga akan
berdampak kepada baik buruknya gizi si bayidi kemudian hari.
Rekomendasi
Pemerintah perlu
melakukan pendekatan yang lebih mendalam untuk mengetahui latar belakang
penyebab kematian ibu dan bayi di suatu daerah. Pendekatan kebudayaan
seharusnya dipilih pemerintah untuk tidak menyeragamkan bentuk program
dalam upaya mencegah kematian ibu dan bayi. Beberapa rekomendasi yang
perlu dicatat adalah sebagai berikut:
- Untuk aparatus kesehatan :
- Pemahaman mengenai budaya masyarakat di lingkungan wilayah puskesmas sangat diperlukan oleh tenaga kesehatan.
- Pembekalan perspektif antropologi bagi tenaga kesehatan disemua tingkatan menjadi modal utama dalam menjalankan fungsi pelayanan yang sesuai dengan konteks budaya masyarakat, sehingga mampu mengindentifikasi faktor nilai dan budaya yang berpotensi menurunkan risiko kematian ibu dan bayi.
- Mengembalikan fungsi dasar Puskesmas sebagai unit pelayanan yang berbasis kewilayahan. Bukan pelayanan berdasarkan kasus-kasus penyakit. Basis kewilayahan bukan hanya teritori secara geografis, namun juga teritori secara sosial budaya. Teritori sosial budaya bukan dibatasi secara fisik lokasi daerah administratif, namun dibatasi oleh batas batas adat dan kekerabatan.
- Intervensi program kesehatan harus berbasis kultur dan struktur masyarakat sehingga terjadi penerimaan sosial untuk mendorong partisipasi kolektif masyarakat.
- Untuk Pemerintah Desa:
- Pemerintahan Desa harus memiliki data kebudayaan yang masih berlaku
di masyarakat. Khusus mengenai kesehatan ibu dan bayi perlu dicatat data
yang mengenai :
- sistem kepercayaan masyarakat,
- sistem pengetahuan terutama mengenai konsep sehat dan sakit,
- sistem kekerabatan terutama mengenai siapa yang berwenang pengambil keputusan penting di dalam keluarga luas,
- sistem matapencaharian yang dilengkapi dengan sumber pangan yang biasa dikonsumsi oleh penduduk Desa khususnya oleh remaja perempuan, ibu, dan bayi beserta pola makannya.
- Pemerintah Desa perlu membentuk sistem SIAGA (Siap – Antar – Jaga) di level RT/Dusun yang terdiri dari :
- Pencatatan dan identifikasi ibu hamil dan bayi
- Penyediaan transportasi untuk merujuk ke puskesmas dan rumah sakit
- Pendataan golongan darah penduduk dewasa yang sehat untuk mempersiapkan pendonor jika dibutuhkan
- Dana untuk membiayai kebutuhan rujukan, menjaga pasien selama perawatan, dan biaya lainnya yang tidak dicover oleh pemerintah.
Contoh keberhasilan menerapkan empat
sistem SIAGA di Kota Cirebon mampu menurunkan kematian ibu melahirkan
dan bayi secara bermakna.
- Pemerintah Desa perlu memiliki postur data kependudukan saat ini dan prediksi dinamika penduduk lima tahunan terutama kelompok usia produktif.
Apabila dua aspek dalam sector kesehatan
saling bersinergi yaitu aspek demand dan aspek supply, dimana satu
dengan lainnya saling mengerti dan memahami peran dan tanggungjawabnya,
maka niscaya kesehatan ibu dan bayi akan meningkat dan akhirnya
berdampak kepada peningkatan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya.
Rekomendasi khusus kepada
pemerintah pusat adalah sebagai berikut: dalam membuat kebijakan perlu
menggunakan prinsip: memperkuat faktor yang menurunkan risiko kematian dan mengeliminasi faktor yang meningkatkan risiko kematian pada ibu dan bayi dengan mempertimbangkan nilai budaya setempat.
Apabila hal tersebut di
atas dilaksanakan maka dengan mudah kita dapat mengidentifikasi akar
penyebab, mengapa kematian ibu dan bayi terus terjadi. Dan jika kita
mengetahui akar penyebabnya, maka dengan mudah kita merumuskan solusi
mengatasi masalahnya.
Kamis, 20 Oktober 2016
Rabu, 19 Oktober 2016
Langganan:
Postingan (Atom)